Blokade Berlin oleh Uni Soviet 1948
Pada tahun 1948 Uni Soviet memblokade Kota Berlin untuk membatasi
mobilisasi Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat. Hal ini dilakukan
untuk mencegah perjalanan ketiganya memasuki sektor Kota Berlin Barat
yang dikuasai oleh Uni Soviet di Jerman Timur. Pada saat itu semua
hubungan rel, air, dan jalan darat ke Berlin diputus oleh Uni Soviet.
Uni Soviet menguasai hampir sebagian besar wilayah Berlin di bagian tengah dan timur. Sedangkan kendali atas bagian barat Berlin dibagi rata oleh tiga kekuatan pasukan Sekutu, yaitu AS, Prancis, dan Inggris.
Amerika, Inggris, dan Perancis kemudian mengadakan Jembatan Udara (Airlift)
ke Berlin yang membawa sembako bagi penduduk Berlin Barat dengan
melemparkan logistik dari pesawat udara. Lebih dari 4.000 ton yang
terdiri dari bahan makanan dan obat-obatan dijatuhkan dari pesawat udara
ke Berlin setiap harinya selama masa Koridor Udara ini. Angkatan Udara
Inggris (Royal Air Force), Angkatan Udara Negara Persemakmuran lainnya dan Angkatan Udara Amerika Serikat (United States Air Force)
yang baru saja dibentuk menerbangkan lebih dari 13.000.000 sembako
dengan 200.000 penerbangan ke Berlin. Operasi berlangsung selama lebih
dari satu tahun.
Pasca Perang Dunia II, Jerman dibagi atas beberapa zona Pendudukan,
Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat menduduki wilayah bagian Barat,
sedangkan Uni Soviet di bagian Selatan. Sejak saat itu hubungan antara
Barat dan Uni Soviet cenderung kurang harmonis. Sejak sengketa di PBB
yang dimulai dari Pidato Perdana Menteri Inggris, Winston Churchil yang
menyebut bahwa Uni Soviet sedang membentangkan Iron Curtain "Tirai Besi" yang membentangkan pertahanan kekuasaannya komunismenya, salah satunya antara Jerman Barat dan Jerman Timur.
Kebijakan luar negeri Marshall Plan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat memberikan sebuah kemandekan atas upaya ekspansif Uni Soviet dalam menyebarkan pengaruhnya di Eropa dan dorongan Barat kepada Jerman Barat untuk menjadikannya negara kapitalis.
Pada akhir tahun 1947, diskusi tentang Jerman mmandek dikarenakan tudingan dari Uni Soviet bahwa Sekutu melanggar Perjanjian Potsdam dan pada tanggal 20 Maret 1948, Soviet mundur dari Dewan Kontrol Sekutu Administrasi Berlin. Sepuluh hari kemudian, penjaga di perbatasan Jerman Timur mulai memperlambat masuknya kereta pasukan Barat menuju Berlin. Pada tanggal 24 Juni, dengan alasan bahwa jika Jerman itu akan dipartisi, Berlin tidak lagi bisa menjadi ibukota Jerman tunggal, Soviet menghentikan semua wisata permukaan antara Jerman Barat dan memblokade Berlin.
Di Amerika Serikat ada beberapa sentimen untuk menerima logika Soviet; banyak yang enggan mengambil risiko memulai perang dan lebih menjaga hubungan dengan musuh baru mereka.
Amerika Serikat menulai bahwa dengan pemberlakuan blokade Kota Berlin sama saja dengan kehilangan kekuasaan di Jerman, hal ini berdasarkan penilaian dari Presiden AS, Harry S. Truman bahwa, "kehilangan Berlin sama saja kehilangan seluruh Jerman." Amerika, Inggris, dan Perancis pun memulai pengangkutan bahan makanan dengan memberlakukan kebijakan yang disebut "Jembatan Udara" dengan melakukan menjatuhkan logistik dari pesawat terbang. Kebijakan ini dilakukan selama 321 hari, selain makanan ternyata terdapat 272.000 selembaran yang dibuat oleh AS dan sekutunya yang disebarkan bersama ribuan ton pasokan makanan yang dijatuhkan setiap harinya.
Upaya yang lakukan memperoleh simpati masyarakat luas, dan pada tanggal
12 Mei 1949, Soviet, menyimpulkan bahwa blokade telah gagal, membuka
kembali perbatasan. Jerman Barat dan Jerman Timur. Dua tahun setelah
blokade dicabut, Soviet akhirnya membangun rangkaian tembok pembatas di
Berlin sehingga Jerman terpecah menjadi dua, yaitu Jerman Barat dan
Jerman Timur, sebelum kembali bergabung pada 1990.
Uni Soviet menguasai hampir sebagian besar wilayah Berlin di bagian tengah dan timur. Sedangkan kendali atas bagian barat Berlin dibagi rata oleh tiga kekuatan pasukan Sekutu, yaitu AS, Prancis, dan Inggris.
Foto: Pinterest |
Hampir 700 pesawat digunakan selama Berlin Airlift, lebih dari 100 dari yang milik operator sipil.
Zona pembagian Jerman sesuai Konferensi Potsdam. Foto: Wikipedia |
Kebijakan luar negeri Marshall Plan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat memberikan sebuah kemandekan atas upaya ekspansif Uni Soviet dalam menyebarkan pengaruhnya di Eropa dan dorongan Barat kepada Jerman Barat untuk menjadikannya negara kapitalis.
Pada akhir tahun 1947, diskusi tentang Jerman mmandek dikarenakan tudingan dari Uni Soviet bahwa Sekutu melanggar Perjanjian Potsdam dan pada tanggal 20 Maret 1948, Soviet mundur dari Dewan Kontrol Sekutu Administrasi Berlin. Sepuluh hari kemudian, penjaga di perbatasan Jerman Timur mulai memperlambat masuknya kereta pasukan Barat menuju Berlin. Pada tanggal 24 Juni, dengan alasan bahwa jika Jerman itu akan dipartisi, Berlin tidak lagi bisa menjadi ibukota Jerman tunggal, Soviet menghentikan semua wisata permukaan antara Jerman Barat dan memblokade Berlin.
Di Amerika Serikat ada beberapa sentimen untuk menerima logika Soviet; banyak yang enggan mengambil risiko memulai perang dan lebih menjaga hubungan dengan musuh baru mereka.
Amerika Serikat menulai bahwa dengan pemberlakuan blokade Kota Berlin sama saja dengan kehilangan kekuasaan di Jerman, hal ini berdasarkan penilaian dari Presiden AS, Harry S. Truman bahwa, "kehilangan Berlin sama saja kehilangan seluruh Jerman." Amerika, Inggris, dan Perancis pun memulai pengangkutan bahan makanan dengan memberlakukan kebijakan yang disebut "Jembatan Udara" dengan melakukan menjatuhkan logistik dari pesawat terbang. Kebijakan ini dilakukan selama 321 hari, selain makanan ternyata terdapat 272.000 selembaran yang dibuat oleh AS dan sekutunya yang disebarkan bersama ribuan ton pasokan makanan yang dijatuhkan setiap harinya.
Foto: mason.gmu.edu |
Posting Komentar untuk "Blokade Berlin oleh Uni Soviet 1948"