Sejarah India Kuno, Peradaban Lembah Sungai Indus dan Sungai Gangga
Jika
kita melihat perkembangan India Kuno, maka kita akan melihat dua
peradaban yang membentuk India yaitu peradaban manusia yang menetap di
sepanjang sungai Indus dan Sungai Gangga yang menetab kira-kira sejak
3000 SM. Dalam perkembangannya bangsa asli India yaitu Dravida akan
bertemu dengan bangsa yang datang dari barat untuk membangun sebuah
peradaban baru dan membentuk suatu kerajaan-kerajaan.
Peradaban Sungai Indus
Peradaban Lembah Sungai Indus berada di sepanjang Sungai Indus yang kini
menjadi bagian dari wilayah Pakistan. Peradaban ini sudah ada sekitar
2800 SM-1800 SM yang merupakan peradaban yang hidup di sepanjang Sungai
Indus dan Sungai Ghaggar Hakra yang sekarang berada di Pakistan dan
India bagian barat.
Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah
Indus, karena Kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga
Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin kering
pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur
Indus, dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang
pernah mengalir.
Peradaban Harappa muncul lebih awal ketimbang munculnya kita Veda
(dibaca: weda) dan agama Hindu, saat itu bangsa Arya belum sampai India.
Sekitar 2500 tahun SM, bangsa Troya mendirikan Kota Harappa dan
Mohenjondaro serta Kota megah lainnya didaerah aliran sungai India.
Tahun 1500 SM, suku Arya baru menjejakkan di India.
Asal mula peradaban India, berasal dari kebudayaan sungai India,
mewakili dua Kota peninggalan kuno yang paling penting dan paling awal
dalam peradaban sungai India, yang sekarang letaknya di Kota
Mohenjodaro, Provinsi Sindu Pakistan dan Kota Harappa di Provinsi
Punjabi. Penduduk yang mendiami kota tersebut adalah bangsa Dravida.
Dari letak geografisnya peradaban kuno ini berada di sebelah utara yang
berbatasan langsung dengan Pegunungan Himalaya, serta berbatasan dengan
Pakistan di sebelah barat. Di selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia
dan sebelah timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh.
Tata Kota
Berdasarkan penelitian arkeologi yang dilakukan dengan penentuan karbon
14 bahwa keberadaan Kota Mohenjodaro dan Harappa berada sekitar 2000
sampai 3000 tahun SM, di reruntuhan Kota Harappa yang luasnya kurang
lebih 25 Km persegi ditemukan perkakas batu yang berusia sekitar 10 ribu
tahun.
Awal abad ke-20, arkeolog Inggris Marshell mengekskavasi (melakukan
penggalian) Kota kuno Mohenjondaro dan Harappa. Hasilnya tingkat
kesibukan dan keramaian kedua Kota tersebut membuat Marshell terkejut.
Ini adalah bekas ibu kota dua negara merdeka pada jaman peradaban sungai
India antara tahun 2350-1750 SM, penelitian lebih lanjut menghasilkan
perhitungan, dua Kota masing-masing terdapat sekitar 30 hingga 40 ribu
penduduk, lebih banyak dibanding penduduk Kota London yang paling besar
pada abad pertengahan.
Kota dibagi 2 bagian yaitu Kota pemerintahan dan Kota administratif.
Kota administratif adalah daerah pemukiman, tempat tinggal yang padat
dan jalan raya yang silang menyilang, kedua sisi jalan banyak sekali
toko serta pembuatan barang-barang tembikar. Kota pemerintahan adalah
wilayah istana kerajaan. Fondasi bangunan yang luas membuat jarak
terhadap penduduk, pagar tembok yang tinggi besar disekeliling dan
menara gedung mencerminkan kewibawaan Raja. Wilayah Kota dibagi atas
beberapa bagian atau blok yang dilengkapi jalan yang ada aliran airnya.
Sistem Pertanian dan Pengairan
Daerah Lembah Sungai Indus merupakan daerah yang subur. Pertanian
menjadi mata pencaharian utama masyarakat India. Limpahan lumpur sungai
Indus telah memberikan kesuburan bagi tanah disekitarnya. Pada
perkembangan selanjutnya, masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang
mengalir dari Lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerah pedalaman.
Pembuatan saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian
menunjukkan bahwa masyarakat Lembah Sungai Indus telah memiliki
peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian yang utama adalah padi,
gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain-lain.
Sanitasi (Kesehatan)
Masyarakat Mohenjodaro dan Harappa telah memperhatikan sanitasi
(kesehatan) lingkungannya. Teknik-teknik atau cara-cara pembangunan
rumah yang telah memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan kebersihan
lingkungan yaitu rumah mereka sudah dilengkapi oleh jendela.
Kamar-kamar dilengkapi dengan jendela-jendela yang lebar dan berhubungan
langsung dengan udara bebas, sehingga pergantian udara cukup lancar.
Teknologi
Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi, Kemampuan mereka dapat diketahui melalui
peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, seperti bangunan Kota
Mohenjodaro dan Harappa, berbagai macam patung, perhiasan emas, perak,
dan berbagai macam meterai dengan lukisannya yang bermutu tinggi dan
alat-alat peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah, alat-alat
rumah tangga, alat-alat pertanian, kain dari kapas, serta
bangunan-bangunan.
Demikian juga dengan barang-barang yang terbuat dari tanah liat yang
dibakar atau yang disebut terracota, teruma barang-barang peralatan
rumah tangga.
Perekonomian
Sistem perekonomian masyarakat lembah Sungai Indus sangat bergantung
pada pengolahan lahan pertanian di sekitar sungai. Di kawasan ini,
petani menanam padi, gandum, sayuran, buah-buahan, dan kapas. Selain itu
mereka juga beternak sapi, kerbau, domba, dan babi. Selain pertanian
dan peternakan, perdagangan juga merupakan aspek perekonomian penting
bagi masyarakat lembah Sungai Indus. Kelebihan hasil pertanian membuat
mereka dapat melakukan perdagangan dengan bangsa lain terutama dengan
penduduk Mesopotamia. Barang dagangan yang diperjual-belikan masyarakat
lembah Sungai Indus adalah barang-barang dari perunggu dan tembaga,
bejana dari perak dan emas, serta perhiasan dari kulit dan gading.
Bahasa
- Bahasa Munda atau bahasa Kolari. Bahasa ini terdapat di Kashmir.
- Bahasa Dravida, mempunyai 14 macam, seperti Tamil, Telugu, Kinare, Malayam, Gondhi, dan Berahui.
- Bahasa Indo-Jerman, mempunyai bahasa daerah sembilan belas macam, salah satunya adalah bahasa Sanskerta dan Prakreta.
- Bahasa Hindustani. Bahasa ini muncul di Delhi dan merupakan percampuran antara bahasa Arab, Parsi, dan Sanskerta. Bahasa ini disebut pula bahasa Urdu.
Pemerintahan
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Maurya antara lain sebagai berikut :
1. Candragupta Maurya
Setelah berhasil menguasai Persia, pasukan Iskandar Zulkarnaen
melanjutkan ekspansi dan menduduki India pada tahun 327 SM melalui Celah
Kaibar di Pegunungan Himalaya. Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan
Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di daerah Punjab. Pada tahun 324 SM
muncul gerakan di bawah Candragupta. Setelah Iskandar Zulkarnaen
meninggal tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari daerah Punjab
dan selanjutnya berdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu Kota di
Pattaliputra.
Candragupta Maurya menjadi raja pertama Kerajaan Maurya. Pada masa
pemerintahannya, daerah kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah
timur, sehingga sebagian besar daerah India bagian utara menjadi bagian
dari kekuasaannya. Dalam waktu singkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah
mencapai daerah yang sangat iuas, yaitu daerah Kashmir di sebelah barat
dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur.
2. Ashoka
Ashoka memerintah.Kerajaan Maurya dari tahun 268-282 SM. Ashoka merupakan cucu dari Candragupta Maurya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masa yang gemilang. Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia menyaksikan korban bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan dan tidak lagi melakukan peperangan.
Mula-mula Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama
Buddha. Sejak saat itu Ashoka menjadikan agama Buddha sebagai agama
resmi negara. Setelah Ashoka meninggal, kerajaan terpecah-belah menjadi
kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi dan baru pada abad ke-4 M
muncul seorang raja yang berhasil mempersatukan kerajaan yang terpecah
belah itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta dengan Candragupta I sebagai
rajanya.
Kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat politeisme
atau memuja banyak dewa. Dewa-dewa tersebut misalnya dewa bertanduk
besar, dewa kesuburan dan kemakmuran (Dewi Ibu).
Masyarakat lembah Sungai Indus juga menyembah binatang-binatang seperti
buaya dan gajah serta menyembah pohon seperti pohon pipal (beringin).
Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terima kasih terhadap
kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan perdamaian.
Hilangnya Peradaban Indus
Peradaban Sungai Indus runtuh akibat serbuan bangsa Arya tahun 1000 SM
melalui celah Khyber. Sejarah bangsa Arya diperoleh dari kitab Rigveda.
Setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai Indus dan
menguasai daerah yang subur, akhirnya mereka hidup menetap.
Peradaban di Lembah Sungai Gangga
Lembah sungai Gangga dengan anak sungainya Yamuna terletak antara
Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Vindhya. Kedua sungai tersebut
bermata air di Pegunungan Himalaya dan mengalir di Kota-Kota besar
seperti Delhi, Agra, dan bermuara di wilayah Bangladesh ke teluk
Banggala. Sungai Ganggabertemu dengan Sungai Brahmaputra yang bermata
air di Pegunungan Kwen Lun. Lembah Sungai Gangga merupakan daerah yang
subur.
Bangsa Pendukung
Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Aria yang
termasuk bangsa Indo Jerman. Bangsa Aria memasuki wilayah India antara
tahun 2000- 1500 SM melalui celah Pas Kaiber di Pegunungan Hindu Kush.
Merka berkulit putih, berbadan tinggi, dan berhidung mancung.
Pencahariannya semula berternak dan kehidupannya terus mengembara.
Tetapi setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai
Indus dan menguasai daerah yang subur, mereka akhirnya bercocok tanam
dan hidup menetap. Selanjutnya, mereka menduduki Lembah Sungai Gangga
dan terus mengembangkan kebudayaannya. Kebudayaan campuran antara
kebudayaan bangsa Arya dengan bangsa Dravida dikenal dengan sebutan
kebudayaan Hindu.
Kehidupan Masyarakat
Bangsa Aria berusaha untuk tidak bercampur dengan bangsa Dravida yang
merupakan penduduk asli India. Mereka menyebut bangsa Dravida adalah
anasah artinya tidak berhidung atau berhidung pesek dan dasa artinya
raksasa. Untuk memelihara kemurnian keturunannya, diadakan sistem
pelapisan (kasta) yang dikatakannya bersumber pada ajaran agama.
Bangsa Aria berhasil mengambil alih kekuasaan politik, sosial dan
ekonomi. Akan tetapi, dalam kebudayaan terjadi percampuran (asimilasi)
antara Aria dan Dravida. Percampuran budaya itu melahirkan kebudayaan
Weda. Kebudayaan inilah yang melahirkan agama dan kebudayaan Hindu atau
Hinduisme. Daerah perkembangan pertamanya di lembah Sungai Gangga yang
kemudian disebut Aryawarta (negeri orang Aria) atau Hindustan (tanah
milik orang Hindu).
Untuk mempertahankan kekuasaannya di tengah kehidupan masyarakat, bangsa
Arya berusaha menjaga kemurnian ras. Artinya, mereka melarang
perkawinan campur dengan bangsa Dravida. Untuk itulah, bangsa Arya
menciptakan sistem kasta dalam kemasyarakatan.
Sistem kasta didasarkan pada kedudukan, hak dan kewajiban seseorang
dalam masyarakat. Pembagian golongan atau tingkatan dalam masyarakat
Hindu terdiri dari empat kasta atau caturwarna, yakni :
- Brahmana (pendeta), bertugas dalam kehidupan keagamaan;
- Ksatria (raja, bangsawan dan prajurit), berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk mempertahankan negara.
- Waisya (pedagang, petani, dan peternak), dan
- Sudra (pekerja-pekerja kasar dan budak).
- Paria (Pelanggar Aturan, Penjahat, Perampok, Pembunuh)
Kasta Brahmana, Kastria, Waisya terdiri dari orang-orang Aria. Kasta
Sudra terdiri dari orang-orang Dravida. Selain keempat kasta di atas,
ada lagi kasta Paria/Candala atau Panchama. Panchama yang berarti “kaum
terbuang”. Kasta ini dipandang hina, karena melakukan pekerjaan kotor,
orang jahat dan tidak boleh disentuh, lebih-lebih bagi kaum Brahmana.
Pemerintahan
Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan
kelanjutan sistem pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus.
Runtuhnya Kerajaan Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau
dikarenakan peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingin
berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman kembali setelah munculnya
kerajaan-kerajaan baru. Kerajaan-kerajaan tersebut di antaranya Kerajaan
Gupta dan Kerajaan Harsha.
Kerajaan Gupta
Pendiri Kerajaan Gupta adalah Raja Candragupta I dengan pusatnya di
Lembah Sungai Gangga. Pada masa pemerintahan Raja Candragupta I, agama
Hindu dijadikan agama negara, namun agama Buddha masih tetap dapat
berkembang.
Masa kejayaan Kerajaan Gupta terjadi pada masa pemerintahan Samudragupta
(Cucu Candragupta 1). Pada masa pemerintahannya Lembah Sungai Gangga
dan Lembah Sungai Indus berhasil dikuasainya dan Kota Ayodhia ditetapkan
sebagai ibuKota kerajaan.
Pengganti Raja Samudragupta adalah Candragupta II, yang dikenal sebagai
Wikramaditiya. Ia juga bergama Hindu, namun tidak memandang rendah dan
mempersulit perkembangan agama Budha. Bahkan pada masa pemerintahannya
berdiri perguruan tinggi agama Buddha di Nalanda.
Di bawah pemerintahan Candragupta II kehidupan rakyat semakin makmur dan
sejahtera.. Kesusastraan mengalami masa gemilang. Pujangga yang
terkenal pada masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan karangannya
berjudul “Syakuntala”. Perkembangan seni patung mencapai kemajuan yang
juga pesat. Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan patung-patung
terkenal menghiasi kuil-kuil di Syanta.
Dalam-perkembangannya Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelah
meninggalnya Raja Candragupta II. India mengalami masa kegelapan selama
kurang lebih dua abad.
Kerajaan Harsha
Setelah mengalami masa kegelapan, baru pada abad ke-7 M muncul Kerajaan
Harsha dengan rajanya Harshawardana. Ibu Kota Kerajaan Harsha adalah
Kanay. Harshawardana merupakan seorang pujangga besar. Pada masa
pemerintahannya kesusastraan dan pendidikan berkembang dan pesat. Salah
satu pujangga yang terkenal pada masa kerajaan Harshawardana adalah
pujangga Bana dengan karyanya berjudul “Harshacarita”.
Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudian memeluk
agama Buddha. Di tepi Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan stupa,
serta dibangun tempattempat penginapan dan fasilitas kesehatan.
Candi-candi yang rusak diperbaiki dan membangun candi-candi baru.
Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-1 1 M tidak
pernah diketahui adanya raja-raja yang pernah berkuasa di Harsha.
Peninggalan Kebudayaan
Di Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik di
wilayah India maupun di luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa
(Politeisme). Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin),
Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya.
Dalam agama Hindu dikenal dengan sistem kasta, yaitu pembagian kelas
sosial berdasarkan warna dan kewajiban sosial. Dalam perkembangan
selanjutnya, sistem kasta inilah yang menyebabkan munculnya agama
Buddha. Hal ini dipelopori oleh Sidharta Gautama.
Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama
mencapai tahap menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua
aliran, yaitu Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai
Gangga meninggalkan beberapa bentuk kebudayaan yang tinggi seperti
kesusastraan, seni pahat, dan seni patung. Peradaban dari lembah sungai
ini kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Asia termasuk di
Indonesia.
Berkembangnya Agama Hindu
Agama dan kebudayaan Hindu lahir pertama kali di India sekitar tahun
1500 SM. Agama Hindu ini mengalami pertumbuhan pada zaman Weda.
Kebudayaan Hindu merupakan perpaduan antara kebudayaan bangsa Aria dari
Asia Tengah yang telah memasuki India dengan kebudayaan bangsa asli
India (Dravida). Hasil percampuran itulah yang disebut agama Hindu atau
Hinduisme. Daerah perkembangan pertamanya di lembah Sungai Gangga yang
disebut Aryawarta (negeri orang Aria) dan Hindustan (tanah milik orang
Hindu). Sejak berkembangnya kebudayaan Hindu di India maka lahir agama
Hindu. Dari India, agama Hindu menyebar ke seluruh dunia dan banyak
memengaruhi kebudayaan-kebudayaan di dunia, termasuk Indonesia.
Menurut pendapat para ahli sejarah, berdasarkan temuan berbagai
peninggalan sejarah, diyakini bahwa bekas Kota Mahenjo-Daro (Larkana)
dan Harappa (Punjab) di lembah Sungai Indus merupakan tempat timbul dan
berkembangnya agama Hindu.
Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (Indo-Jerman)
ke India kira-kira tahun 1500 SM. Mereka datang melewati celah Kaiber.
Celah tersebut terletak di pegunungan Hindu Kush, sebelah barat laut
India. Itulah sebabnya celah Kaiber terkenal dengan sebutan “Pintu
Gerbang India”. Kemudian bangsa Aria mendesak bangsa Dravida dan Munda
yang telah mendiami daerah tersebut.
Pada perkembangannya bangsa Aria berhasil menempati daerah celah Kaiber
yang sangat subur. Bangsa Dravida mendiami Dataran Tinggi Dekan (India
Selatan). Bangsa Munda mendiami daerah-daerah pegunungan. Pemeluk agama
Hindu mengenal tiga dewa tertinggi yang disebut Trimurti, yakni Brahma
(dewa pencipta), Wisnu (dewa pelindung), dan Syiwa (dewa perusak).
Dewa-dewi lainnya antara lain : Agni (dewa api), Bayu (dewa angin),
Surya (dewa matahari), Candra (dewa bulan), Indra (dewa perang),
Saraswati (dewi pengetahuan dan seni), Lakshmi (dewi keberuntungan), dan
Ganesha (dewa pengetahuan dan penolong).
Sumber ajaran Hindu adalah kitab Weda, yang bermakna pengetahuan Hindu. Kitab-kitab penganut Hindu:
Kitab Weda
Terdiri dari 4 Samhita atau himpunan, yaitu:
- Reg Weda (merupakan kitab yang tertua), berisi puji-pujian kepada dewa
- Sama Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci yang merupakan pujian pada waktu melaksanakan upacara
- Yajur Weda, berisi doa-doa yang diucapkan pada waktu upacara sesaji.
- Artha Weda, berisikan doa-doa bagi penyembuhan penyakit dan nyanyian sakti kaum brahmana.
Kitab Brahmana
Berisi penjelasan kitab Weda, yang disusun oleh para pendeta.
Kitab Upanishad
Berisi petunjuk-petunjuk, agar orang dapat melepaskan diri dari samsara, dan dapat mencapai moksa (kebahagiaan abadi).
Beberapa Kitab yang berisikan cerita kepahlawanan:
- Mahabharata, karya Wiyasa berisikan cerita peperangan antara Pandawa melawan Kurawa. Keduanya masih keluarga seketurunan, yang memperebutkan tahta kerajaan Astina. Perebutan akhirnya dimenangkan oleh Pandawa.
- Ramayana, karya Walmiki menceritakan peperangan antara Rama dengan Rahwana. Peperangan ini akhirnya dimenangkan oleh Rama. Cerita Ramayana melambangkan kejujuran (dilambangkan Rama) melawan keangkaramurkaan (dilambangkan Rahwana).
Inti ajaran agama Hindu didasarkan pada karma, reinkarnasi dan moksa.
Karma adalah perbutan baik buruk dari manusia ketika di dunia yang
menentukan kehidupan berikutnya. Reinkarnasi ialah penjilmaan kembali
kehidupan manusia sesuai dengan karmanya.
Bila seseorang berbuat baik akan lahir kembali ke tingkat yang lebih
tinggi; sebaliknya jika berbuat buruk mengakibatkan reinkarnasi ke
tingkat yang lebih rendah, misalnya lahir sebagai hewan. Keadaan
hidup-mati kembali merupakan persitiwa hidup yang menderita (samsara).
Moksa ialah tingkat hidup tertinggi yang terlepas dari ikatan
keduniawian atau terbebas dari reinkarnasi.
Agama Hindu mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta, yaitu
Brahmana, terdiri dari golongan pendeta, bertugas mengurus soal
kehidupan keagamaan; Ksatria, terdiri dari golongan bangsawan dan
prajurit, berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk mempertahankan
negara; Waisya, bertugas untuk berdagang, bertani, dan beternak; Sudra,
bertugas untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar, seperti budak dan
pelayan.
Adanya sistem kasta (caturwarna) tersebut pada dasarnya merupakan
pembagian tugas dan kelas dalam masyarakat Hindu yang didasarkan atas
keturunan. Perkawinan antar kasta dilarang, terhadap yang melanggar
dikeluarkan dari kasta (out cast) dan masuk dalam golongan atau kasta
Paria.
Bangsa Aria berhasil mengambil alih kekuasaan politik, sosial dan
ekonomi. Akan tetapi, dalam kebudayaan terjadi percampuran (asimilasi)
antara Aria dan Dravida. Percampuran budaya itu melahirkan kebudayaan
Weda. Kebudayaan inilah yang melahirkan agama dan kebudayaan Hindu atau
Hinduisme.
Daerah perkembangan pertamanya di lembah Sungai Gangga yang kemudian
disebut Aryawarta (negeri orang Aria) atau Hindustan (tanah milik orang
Hindu).
Baca juga:
Nasionalisme Bangsa India
Mahatma Gandhi: Memperjuangkan Kemerdekaan Dengan Perdamaian
Baca juga:
Nasionalisme Bangsa India
Mahatma Gandhi: Memperjuangkan Kemerdekaan Dengan Perdamaian
Posting Komentar untuk "Sejarah India Kuno, Peradaban Lembah Sungai Indus dan Sungai Gangga"